Toko Agen Resmi Kasur Springbed Berbagai Merk Terpercaya
Kita semua tau bagaimana perasaan kita setelah hari yang sibuk dan panjang . Otot-otot kita lelah, kaki kita berat, kelopak mata kita siap menutup. Meskipun tidur tampaknya seolah-olah merupakan aktivitas tubuh, tapi sebenarnya otak mengendalikan setiap aspek tidur. Mulai dari perasaan mengantuk, bermimpi, hingga bangun.
Setiap organisme hidup, dari yang terkecil hingga yang terbesar, membutuhkan tidur. Tidur adalah proses rumit yang melibatkan sinyal terang dan gelap, gen khusus, dan berbagai neurotransmiter dan hormon. Kita tidak sekadar menutup mata , lalu tertidur. Otak kita mengatur kondisi kesadaran yang berubah ini dengan ketelitian yang kompleks.
Proses tidur dimulai dengan ritme sirkadian, sistem jam biologis yang terletak pada otak, dan tersebar di seluruh tubuh dalam organ dan jaringan otot.
Pusat pengatur jam biologis, yang dikenal sebagai Suprachiasmatic Nucleus (SCN), mengandung sekitar 20.000 sel saraf yang terletak di bagian otak yang disebut hipotalamus.
SCN berfungsi sebagai mekanisme bawaan yang menjaga waktu dan mengatur tidur. (1) Gen-gen dalam sel ini dirancang untuk mengontrol tidur dan bangun dengan menggunakan kombinasi sinyal kimia, sinyal siang hari ( terang ) dan malam hari ( gelap ), dan indikator lingkungan lainnya seperti stres dan waktu makan. (2)
Selain tidur, ritme sirkadian memengaruhi proses tubuh kunci lainnya, seperti:
Metabolisme
Sel-sel tertentu di saraf optik bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal cahaya dan kegelapan ke otak. Ini membantu memberi sinyal ritme sirkadian untuk mengaktifkan neurotransmiter yang membuat kita terjaga atau mengantuk. Ritme sirkadian setiap individu dibentuk oleh kombinasi isyarat lingkungan, kecenderungan genetik, pelepasan bahan kimia dalam tubuh, dan pilihan gaya hidup seperti jadwal kerja dan perjalanan.
Bahkan ketika kita berada pada tahapan tidur yang sangat nyenyak. Otak tetap bekerja. Meskipun bagian otak beristirahat pada berbagai waktu selama tidur, otak aktif selama keempat tahap tidur. Beberapa kegiatan malam hari otak termasuk membersihkan dirinya sendiri, memproses emosi, dan menggabungkan memori.
Selama tahap ketiga tidur yang dikenal sebagai N3, sel-sel materi putih ( white matter celll ) yang disebut sel glial mengembang dan berkontraksi, memungkinkan cairan serebrospinal memasuki saluran di otak. Cairan ini membersihkan protein beracun dan sisa metabolisme lainnya, termasuk zat yang terkait dengan demensia seperti amiloid dan tau. (5)
Dikenal sebagai “lem” sistem saraf, sel glial memiliki jumlah lebih banyak daripada semua jenis sel lain di otak. Tidur yang cukup dapat membantu mengurangi risiko penyakit neurodegeneratif. Caranya dengan memberikan sel glial waktu yang cukup untuk menghilangkan berbagai sisa metabolisme dan sel – sel yang sudah tidak terpakai yang terkumpul selama jam bangun. Kurang tidur secara kronis memungkinkan “puing-puing” ini menumpuk dan menempel, meningkatkan risiko penyakit otak yang tidak dapat disembuhkan seperti Alzheimer. (6)
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tidur membantu proses otak, mengatur, dan mengingat emosi dan pengalaman emosional. Kurang tidur merusak kinerja pada tes memori, dan meningkatkan aktivasi amigdala. Amigdala adalah area otak yang terkait dengan emosi primitif seperti ketakutan dan respons pertahanan lainnya. (8)
Studi lain menunjukkan bahwa otak bereaksi lebih negatif terhadap semua stimulus ketika kurang tidur, meningkatkan perasaan sedih, depresi, dan lekas marah. Tidur tampaknya memiliki dampak signifikan pada reaktivitas emosional serta kemampuan untuk mengendalikan respons emosional. Kurang tidur dapat menyebabkan pemikiran negatif yang berulang, juga, membuat lebih sulit bagi mereka yang kurang tidur untuk berpikir secara positif. (9)
Tidur dapat membantu dalam pemrosesan emosi karena tidak adanya neurotransmitter norepinefrin di otak selama fase tidur REM ( Rapid Eye Movement ). Norepinefrin dikaitkan dengan stres dan reaktivitas emosional, dan pada tingkat tinggi dapat menjadi indikasi gangguan mood seperti depresi atau gangguan stres pasca-trauma.
Tidur tampaknya berperan dalam proses pembelajaran dan konsolidasi memori, serta proses emosional. (11) Selama jam Anda terbangun, aktivitas neuron terjadi lebih intens. Hal ini mengarahkan otak untuk memperhatikan orang, peristiwa, atau rangsangan tertentu. Sebuah mobil yang melintas tidak akan membangkitkan neuron, sementara melihat mantan kekasih Anda akan menigkatkan aktivitas neuron. Pengalaman – pengalaman ini membentuk semacam antrian untuk konsolidasi memori selama tidur.
Selama tidur, otak memilih pengalaman tertentu dan menstabilkannya, mengunci mereka ke dalam memori. (12)
Studi menunjukkan bahwa aktivitas otak selama tahap tidur REM ( Rapid Eye Movement ) meningkat secara signifikan jika Anda memiliki pengalaman baru, atau yang membutuhkan hafalan dan pemahaman konsep kompleks. (13)
Ilmuwan tidur sekarang mengetahui bahwa kondisi neurokimia di otak selama tidur penting untuk pemrosesan ingatan.
( Sumber : www.sleepopolis.com )
Berbagai Spring Bed Berkualitas Paling Laris ( Klik Pada Gambar ) :
Referensi :